Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas pada 2025, menciptakan ketidakpastian ekonomi global yang berdampak casino live luas. Pemerintah AS, di bawah Presiden Donald Trump, telah menaikkan tarif impor hingga 245% terhadap barang-barang asal China. Sebagai respons, China memberlakukan tarif balasan sebesar 84% terhadap produk-produk AS.

Dampak Langsung bagi Indonesia

Indonesia, sebagai mitra dagang kedua negara, turut merasakan dampak dari eskalasi perang dagang ini. Pelemahan ekonomi global menyebabkan penurunan permintaan ekspor, terutama untuk komoditas seperti batu bara dan produk manufaktur. Selain itu, volatilitas pasar keuangan meningkatkan risiko terhadap stabilitas ekonomi domestik.

Baca juga: Strategi Indonesia Menghadapi Perang Dagang AS–China

Peluang dan Tantangan bagi Indonesia

Meskipun terdapat tantangan, Indonesia juga memiliki peluang untuk memanfaatkan situasi ini. Beberapa perusahaan global mempertimbangkan untuk merelokasi pabrik dari China ke negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, guna menghindari tarif tinggi AS. Namun, Indonesia perlu meningkatkan daya saing melalui perbaikan infrastruktur, kebijakan investasi yang menarik, dan penguatan sektor manufaktur.

  1. Diversifikasi Pasar Ekspor

  2. Peningkatan Infrastruktur dan Teknologi

  3. Kebijakan Investasi yang Mendukung

  4. Penguatan Sektor Manufaktur Domestik

Perang dagang AS–China yang kembali memanas pada 2025 membawa dampak signifikan bagi perekonomian global, termasuk Indonesia. Meskipun menghadapi tantangan, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan pergeseran rantai pasok global. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat mengubah tantangan ini menjadi peluang untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan