Pada awal September 2025, Nepal menyaksikan gelombang protes besar-besaran yang dipicu oleh kebijakan pemerintah yang memblokir akses ke 26 platform media sosial, termasuk Facebook, Instagram, dan X (sebelumnya Twitter). Langkah ini diambil setelah platform-platform tersebut gagal mendaftar sesuai dengan peraturan baru yang diberlakukan oleh pemerintah Nepal. Namun, kebijakan ini memicu kemarahan di kalangan generasi muda, terutama generasi Z, yang merasa hak mereka untuk berekspresi dibatasi.

Tagar #Nepobaby dan Sorotan terhadap Nepotisme

Protes semakin memanas ketika tagar spaceman88 #Nepobaby menjadi viral di media sosial. Tagar ini digunakan untuk menyoroti gaya hidup mewah anak-anak politisi, yang dianggap tidak sebanding dengan kondisi ekonomi masyarakat umum. Salah satu contoh yang mencuat adalah foto yang menunjukkan Supriya Shrestha, yang diduga cucu dari mantan diplomat Kedar Bhakta Shrestha, sedang berlibur di Prancis. Meskipun keaslian foto ini belum dikonfirmasi, hal tersebut memicu kemarahan publik terhadap nepotisme yang terjadi di kalangan elit politik Nepal.

Kerusuhan dan Bentrokan dengan Aparat Keamanan

Protes yang awalnya berlangsung damai berubah menjadi kerusuhan setelah bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan. Setidaknya 30 orang tewas dan lebih dari 1.000 lainnya terluka dalam insiden ini. Gedung-gedung pemerintah dan rumah-rumah politisi dibakar oleh massa yang marah. Militer dikerahkan untuk mengendalikan situasi yang semakin tidak terkendali.

Sebagai respons terhadap situasi yang memburuk, Perdana Menteri Nepal, KP Sharma Oli, mengundurkan diri dari jabatannya. Meskipun pemerintah mencabut larangan media sosial, ketegangan di kalangan generasi muda tetap tinggi. Mereka menuntut transparansi, akuntabilitas, dan reformasi struktural untuk mengatasi ketidakadilan sosial dan ekonomi yang mereka hadapi.